1.
SEJARAH
A.
Danau dan Gunung Batur Mitos Kekunaan
Desa Batur- Kintamani
Membicarakan desa pakraman Batur Kintamani dalam kekunaan situs-situs
peradaban yang ada tidak dapat dilepaskan dari keberadaan danau dan gunun Batur
sendiri. Betapa tidak keberadaan situs-situs kekunaan di desa Pakraman Batur
Kintamani semuanya berlatarbelakang dari wacana mitos- ideologis kehadiran
danau dan gunung Batur sendiri. Karena itu, argumen yang paling akurat dan
paling awal menjelaskan kekunaan desa Pakraman Batur Kintamani adalah dengan
menghadirkan penjelasan mengenai keberadaan Danau Batur dan Gunung Batur.
Danau Batur sangat berkaitan erat dengan Gunung Batur, yang memiliki
ketinggian 1031 meter di atas permukaan laut, sehingga dengan mudah mengaliri
daerah-daerah yang lebih rendah. Ada apa pada kedua situs alam ini ? secara
fisik dari salah satu lubang Kepundan Gunung Batur itu mengeluarkan air dan
alirannya itulah yang membentuk genangan air danau yang di beri nama Danau
Batur. Kata Batur selain menjadi nama salah satu gunung berapi dan danau
terbesar di Bali, menjadi pula nama salah satu dari enam desa kuna yang
terletak dipinggir danau Batur. Desa-desa lainnya adalah Desa Songan, Abang,
Trunyan, Buahan dan Kedisan. Letak desa-desa ini terpencar mengelilingi Danau
Batur dan disebut Desa Wintang/Bintang Danu. Secara geografis Desa Songan dan
Desa Batur berada diantara Gunung dan
Danau Batur. Danau ini menjadi pusat pengairan dari sebagaian besar sawah-sawah
yang ada di Bali, meliputi Kabupaten Bangli, Gianyar, Klungkung, Buleleng,
tabanan dan Badung. Kabupaten Tabanan secara khusus mendapat pengairan dari
Danau Beratan. Danau ini dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan Danau
Batur. Keberhasilan sawah-sawah di kabupaten tersebut sangat tergantung pada
pasang surut keadaan air Danau Batur. Oleh karena itu, di madianing
(pertengahan) Gunung Batur berdekatan dengan Desa Batur, di bangun tempat
memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuahan
sebagai Pencipta, Pemelihara, Sumber segala serta pemberi eksistensi kepada
Danau dan Gunung Batur. Walaupun tempatnya di madianing gunung Batur tetapi
pemujaan diutamakan kepada Sang Hyang Widhi sebagai pemberi eksistensi kepada
Danau Batur. Hal ini mengingat danau Batur lebih dominan dari gunung batur
khususnya di bidang pertanian. Bhatari Dewi Danuh atau Bhatari Dewi Danu, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha
Esa dalam kemahakuasaan-Nya menganugerahkan kemakmuran di jagat Raya.
a. Sejarah Danau Batur
Sejarah desa pakraman Batur yang berlokasi di Kalanganyar ini berkaitan
erat dengan keberadaan peristiwa alam meletusnya Gunung Batur dan usaha
menyelamatkan Pura Ulun Danu Batur dari erupsi-erupsi gunung Batur pada masanya
dan juga di masa-masa mendatang. Seperti telah diketahui Gunug Batur merupakan
salah satu gunung berapi yang ada di Bali. Gunung ini sampai sekarang masih
sering mengepulkan asap yang menandakan gunung ini masih aktif. Tidak diketahui
dengan pasti kapan gunung ini pertama kali meletus. Para ahli geologi memperkirakan bahwa gunung
Batur telah meletus beberapa ribu tahun lalu. Sebagain dari lubang kepundannya
tergenang air kemudian berubah menjadi sebuah danau sekarang dikenal dengan
nama Danu/ Danau Batur.
Sebagaimana diketahui; bahwa di madianing Gunung Batur, berdekatan dengan
danau dan Desa Batur, dibangun sembilan buah pura (11 pelebahan) yang menjadi
satu kesatua yang disebut Pura Ulun Danu Batur. Kesebelas pura itu adalah Pura
Jati, Pura Tirtha Bungkah, Pura Thirta Mas Mempeh, Pura Taman Sari, Pura
Sampian Wangi, Pura Gunarali, Pura Padangsila, Pura Jaba Kuta, Pura Batu
Sepit/Batu Rupit, Pura Pelisan dan Pura Pasar Agung.
Berdasarkan beberapa sumber yang sempat dibaca, mislnya Lontar Purana
Tatwa yang menceritakan berbagai hal mengenai kekerabata antara kerajaan
majapahit dengan kerajaan-kerajaan di Bali,
seperti Kerajaan Gelgel, Bangli, Taman Bali, Nyalian, dan yang lainnya.
Dinyatakan bahwa kerajaan-kerajaan itu mempunyai tugan serta hubungan erat
dengan Pura Batur dan Pura Besakih. Ini menunjukan bahwa Pura Batur sudah ada
pada abad ke-13, karena kerajaan Majapahit di Jawa Timur baru berdiri pada
tahun 1293 Masehi.
Dari sumbertertulis yang ada mencatat bahwa Gunung Batur telah meletus
beberapa kali. Pada tahun 1917 tercatat letusan yang sangat dahsyat, menewaskan
1000 penduduk serta merusakkan hampir 2500 pura. Kemudian pada tahun 1926
terjadi pula letusan yang cukup dahsyat menyebabkan Pura Ulun Danu Batur
meliputi 11 pelebahan ( 11 Buah Pura) yang ada di madianing Gunung Batur
dipindahlan ke daerah Kalanganyar dekat Kintamani. Pada posisi tempat inilah
dibangun kembali 9 pelebahan pura sesuai dengan denah serta dengan bentuk
semula, semasih berlokasi di madianing
Gunung batur berdekatan dengan Danau batur.
Pura ini disebut sesuai dengan nama semula yaitu pura Ulun Danu Batur,
walaupun letaknya tidak masih berdekatan dengan Danau Batur. Rupanya ada
beberapa pura yang tidak bisa dipendahkan untuk selamanya terutama yang
berkaitan dengan tirtha (air suci) sehingga setelah keadaan memungkinkan,
pura-pura tersebut perlu dibangun kembali berdekatan dengan danau Batur, misal
Pura Jati, Pura Tirta Bungkah, Pura Tirta Mas Mempeh, dan lain-lainnya.
Mengenai keberadaan daerah kalanganyar ini disebut di dalam Raja Purana
Pura Batur 49a1. Sebagai berikut:
“nghing wusampun ginanti paryyangan
ira batara, ring tampuryyang nguni, mangke hana mungwing kalanganar ngaran
batur kalanganar. Apan nguni purwa telas tening karuganiana paranganangni, wetu
saking madyaning giri”.
Danu Batur yang baru dipindahkan. Desa-desa yang berdekatan dengan daerah
kalanganyar adalah : desa bayung Gede, Buahan, Sekardadi, Bonyoh, Pasi
Belatungan (lateng), Blancan, selulung (petak cemeng), Tajun (pakisan), dan
desa sri batu. Desa-desa ini berada di wilayah kecamatan kintamani. Dalam
hubungannya dengan Pura Ulun Danu Batur/Pura Batur, desa-desa ini merupakan Batun sendin ida bhatari , menjadi
pendukung utama dalam penyelengggaraan upacara yadnya serta menjaga pura Ulun
Danu Batur, yang pada mulanya berada di
madianing gunung batur.
Daerah kalanganyar yang pada mulanya menjadi lokasi baru dari pura Ulun danu
batur, menjadi pula tempat tinggal baru bagi masyarakat desa Batur yang ikut
dipindihkan karena mempunyai tugas dan kewajiban untuk menjaga serta
menyelenggarakan upacara-upacara di Pura Ulun Danu Batur yang baru dipindahkan
itu. Mereka bertempat tinggal di sekitar Pura Ulun Danu Batur dan tempat mereka
yang baru ini di sebut Desa Batur.
Dalam mengemban tuga sini mereka di pimpin oleh Jero Gede Makalihan,
yaitu Jero Gede Kanginan (duwuran) dan Jero Gede Kawan (alitan). Disamping
mmimpin masyarakat desa Batur untuk menjaga serta menyelenggarakan aci
(upacara). Jero Gede Makalihan mempunyai tugas dan kewajiban mengingatkan para
anggota subak agar menghaturkan sarin tahun sesuai dengan ucap Raja Parana Pura
Batur. Kepala Sang Maa Rat (raja) di Bali. Jero Gede Makalihan berkewajiban
untuk mempermaklumkan keadaan pura serta aci yang terselenggara ataupun yang
tidak bisa dilakukan.
Pada masa lampau dapat dibayangkan kesulitan yang harus mereka
hadapi mengingat daerah pertanian serta
mata pencaharian berada di kaki Gunung Batur dan danau Batur (menangkap ikan).
Walaupun demikian mereka tidak berani meninggalkan daerah batur dalam arti
meninggalkan Pura Ulun Danu Batur, untuk menetap kembali ditempatnya semula.
Angkutan yang ada pada masa lampau sulit didapatkan. Itupun sangat terbatas
jumlahnya. Syukurlah sekarang sudah ada jalan menuju danau Batur yang bisa
dilalui kendaraan bermotor dan sebagian sudah diaspal.kesulitan yang harus
dihadapi di daerah Batur ialah maslah air. Walaupun sekarang sudah ada bantuan
pemerintah, tetapi kadang-kadan masih dirasakan adanya kekurangan air terutama
di musim kemarau.
Betapa pun aneka kesulitan yang mereka harus hadapi, masyarakat Desa Batur tetap menyertai
(ngiring) Ida Betari Dewi Danu, patuh melaksanakan tugas serta kewajibannya, sampai sekarang. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bila keadaan Pura Ulun Danu Batur/Pura Batur yang ada di
Baturndalam keadaan terpelihara. Perbaikan-perbaikan terus diadakan, aci-aci
berjalan sebagaimana mestinya dan peralatan upacara dipelihara dengan baik. Satu
hal yang tidak kalah pentingnya dan menjadi kunci keberhasilan Jero Gede
Mekalihan serta masyrakat Desa Batur dalam melaksanakan tugasnya ialah ketaatan
para anggota subak untuk menghaturkan sarin tahun, sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Raja Purana Pura Batur. Kelalaian para anggota subak menjadi
kewajiban Jero Gede Mekalihan untuk mengingatkannya. Pada masa lampau hal
inipun menjadi masalah karena terbatasnya kendaraan serta jarak yang harus
ditempuh, cukup jauh.
Perlu dicatat bahwa
untuk memindahkan Pura Ulun Danu Batur ke kalanganyar, pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di
Bali aktif berperan dalam membantu masyarakat dengan mengarahkan bogolan
(narapidana) untuk ikut menyangkut bangunan serta pelinggih yang dibongkar dan
peralatan upacara yang bisa diselamatkan. Dengan demikian banyak bahan-bahan
yang bisa diselamatkan untuk membangun kembali Pura Ulun Danau Batur di kalanganyar (tempat baru/anyar).
Salah satu bahan
bangunan yang masih asli terutama berupa kayu penuh ukiran serta berlapis air
emas (maperada), yang disaksikan sampai sekarang ialah bangunan berupa pasamuhan agung/gedong yang terletak di halaman jeroan pura (ruang utama
pura), berdiri dengan megahnya. Rupanya ada beberapa pelinggih/pura yang tidak
bisa dipindahkan ke daerah kalanganyar, terutama yang erat hubungannya dengan
permohonan air suci (tirtha) yang ada di danau Batu. Sampai sekarang yang sudah
bisa dibangun agak ialah pura Jati dan Pura Tirtha Bungkah.pembangunan pura
memang terus dilakukan, walaupun demikian kuantitas dan kualitas kesakralannya
agar terus diusahakan. Masih ada beberapa yang dibangun disekitar Danau Batur,
missal : di pelisan pura Pasar Agung, di Tirtha Mas Mempeh dan lain-lainnya.
Sedangkan Pura Penataran agungyang merupakan pura Induk dari Pura ulun Danu
Batur tetap berlokasi di daerah kalanganyar (disebut Batur) , walaupun beberapa
pelinggih masih perlu disempurnakan. Akhirnya sebagai catatan perlu diketahui
bahwa Pura Ulun Danu Baturyang berlokasi dikalanganyar dapat pula disebut pura
Penataran Agung Batur. Haal ini dapat dibandingkan dengan Pura Sad Kahyangan
yang ada di Besakih, yang umumnya disebut Pura Besakih adalah Pura Penataran
Agung Besakih tempat berdirinya tiga buah padmasana, pada hal pura besakih
terdiri dari 22 buah Pura, sedangkan Pura Ulun Danu Batur yang dipindahkan ke
daerah kalanganyar terdiri dari 11 buah Pura.
Desa batur yang terletak
di kecamatan Kintamani adalah desa berusia
relatif baru terhitung sejak berdirinya, yaitu pada tahun 1926.
Pendudukanya merupakan perpindahan dari Desa Batur lama yang terletak disebelah
Barat Lereng Gunung Batur. Sebelum masa pemerintahan Dalem Waturenggong di
Bali, desa Batur bernama desa sinarata dan Pura Ulun Danu Batur bernama Pura
Tampurhyang. Kemudian dalam masa pemerintahan Dalem Waterenggong di Bali pada
tahun 1460-1550 Masehi. Dalem Waturenggong mengganti nama Pura Tampurhyang yang
merupakan linggih Bhatara Dewi Danuh atau Bhatari Ulun Danu menjadipura Batur dan Desanya menjadi
Desa Batur.
Pada tahun Caka 1534
(1612 Masehi) gunung Batur meletus dan menghujani desa sinarata dengan batu
sertya serpihan material gunung, sehingga menimbulkan kerusakan luar biasa di
mana-mana. Kemudian pada tahun Caka 1622 (1700 Masehi) banyak rumah-rumah warga
di desa sinarata terbakar terkena semburan api dan hawa panas yang turun dari
kawah gunung yang menggelegar memuntahkan aneka material. Kembali pda
tahun Caka 1706 (1784 masehi) gunung batur mengeluarkan lahar panas yang
mengalir ke danau Batur, di samping banyak rumah penduduk yang hanyut terbawa
lahar banyak pula penduduk yang meninggal dan pada waktu itu muncul gunung
kecil baru di gunung batur.
Pada tanggal 3 agustus 1926, gunung batur kembali mengeluarkan lahar
panas dan melanda desa Batur serta Pura Tampurhyang hingga rata dengan tanah.
Dalam usahanya menyelamatkan diri, warga desa Batur mengungsi ke Karanganyar
yaitu Desa di sebelah Selatan desa belanda dan sebagian lagi mengungsi ke desa
bayung Gede. Berkat bantuan pemerintah Hindia-Belanda dan desa-desa lainnya
yang berdomisili di seputar Desa Kintamani, beberapa benda seperti Gong Gede, Semar Kirang, bale Pelinggih,
Tombok, Lerontek dan pralingga Ida Bhatara saat itu dapat diselamatkan.
Setelah mengungsi di desa Bayung Gede, penduduk batur membangun Desa
Batur di Karanganyar dan berangsur-angsur membangun pura lengkap. Desa Batur
baru yang mengambil tempat dikaranganyar diberi nama seperti nama desa dan pura
asalnya yaitu Desa Batur dan Pura Batur, yang sekarang dikenal dengan nama Pura
Ulun Danu Batur. Saat ini desa Batur terdiri dari tiga desa administratif atau
dinas yaitu Desa Batur Utara, Desa Batur Selatan, dan Desa Batur Tengah.
Letusan gunung Batur yang sangat dahsyat terjadi pada tahun 1926 M,
menyebabkan Pura Ulun Danu Batur yang
ada dimadianing gunung batur dipindahkan ke daerah kalanganyar dekat Kintamani. Mengingat masyarakat desa
Batur mempunyai tugan dan kewajiban untuk menjaga dan menyelenggarakan aci
(upacara korban suci) di Pura Ulun Danu Batur, maka mereka ikut dipindahkan ke
daerah kalanganyar. Meskipun daerah kalanganyar menjadi tempat dibangunnya
kembali Pura Ulun Danu Batur dan karena masyarakat yang menempati berasal dari
Desa Batur, maka daerah kalanganyar disebut juga Desa Batur.
b. Sejarah Pura Ulun Danu Batur
Menurut lontar
Purana Bangsul, desa batur disebutkan danau pertama yang dibuat oleh Ida Sang
Hyang Widhi adalah danau Batur, yang kemudian dikenal menjadi danau terbesar di
pulau Bali. Danau yang posisinya secara tradisional terletak di Lingga Yoni Ida
Bhatara Danu . dalam keyakinan hindu, dan yang diyakini oleh masyarakat batur
adalah gunung abtur yang menjadi lingga siwa dan segara danau batur adalah
yoni. Pertemuan lingga gunung batur dengan yoni segara Danau Batur menciptakan
kesuburan yang luar biasa di muka bumi (bali dwipa). Dalam memohon anugerah
kemurahan Ida Sang Hyang Widhi, maka gunung Batur dan danau Batur adalah
sarananya. Pada hari-hari yang telah ditentukan di kedua tempat ini, di
kepundan gunung Batur dan ditengah danau atur dipersembahkan kurban suci
(upacara pakelem ke gunung dan ke Danu).
Sumber-sumber penting yang lain
menyebutkan tentang Pura Ulun Danu Batur adalah lontar kusuma Dewa, lontar
Usana Bali, dan Lontar raja Purana Batur. Angka tahun yang pasti menyebutkan
tentang pendirian pura Batur tidak ada. Melihat banyaknya pelinggih-pelinggih serta
luasnya komplek pura, maka dapat diduga bahwa Pura Batur adalah Pura Penyiwian
raja-raja yang berkuasa di Bali. Sekaligus merupakan Kahyangan Jagat Bali.
Adapun yang distanakan di pura batur adalah dewi danuh, seperti yang disebutkan
dalam Lontar Usana Bali. Dalam lontar itu ada disebutkan yaitu pada bulan
margasira (bulan kelima) waktu kresna paksa
(tilem), trsebutlah bhatara Pasupati di india sedang memindahkan puncak
Gnunung Mahameru yang dibagi menjadi dua dipegang dengan tangan kiri dan kanan.
Puncak Gunung itu lalu di bawa ke Bali digunakan sebagai sthana pura beliau
yaitu bhatara putra jaya dan bhatari danuh. Puncak gunung yang dibawa dengan
tangan menjadi gunung Toh Langkir (gunung agung) sebagai stahana bhatara
putrajaya dan puncak gunung yang dibawa dengan tangan kiri menjadi gunung Batur
sebagai stahana Bhatari Dewi Danuh dan keduanya itu sebagai hulunya pulau Bali.
Kedua gunung tersebut melambangkan unsur purusa dan pradana dari Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Dalam naskah purana bali juga disebutkan bahwa Danau Batur
merupakan stana Dewi Uma dan Danau tamblingan merupakan stahana dewi sri.
Dalam babad batur desebutkan bahwa
penguasa majapahit, setelah berhasil menaklukkan Bali telah menempatkan
penguasa di Desa Batur. Dalam sumber ini disebut-sebut Dalem Ketut sebagai
pelaksana penempatan pejabat itu. Penempatan itu berkaitan dengan penyusian
beberapa tempat pemujaan seperti Gunung
Agung, Pura Batur, Saderi dan yang lainnya. Melalui sumber ini dapat diperoleh
petunjuk bahwa Pura Batur telah mendapatkan perhatian utama dari Dalem Ketut
sebagai penguasa Bali yang berkedudukan d Gelgel. Bali di kuasai oleh majapahit
tahun1343, setelah ekspedisi Gajah Mada berhasil menguasai pusat kerajaan
bedahulu. Dalem Ketut sebagai raja Bali ke-3 dari Dinasti Kresna Kepakisan
memerintah Bali atas nama Raja Majapahit, mulai berkuasa sekitar tahun 1380-an
sampai tahun1460. Beliau kemudian diganti oleh putraya bergelar Dalem
Waturenggong. Jadi sumber ini telah menjadi petunjuk bahwa pura Batur yang di
sungsung oleh Penduduk Desa Batur dan sekitarnya, telah memperoleh perhatian
dan penguasa Bali yang baru.
Catatan sejarah dalam lontar-lontar
dan buku-buku sejarah serta bukti-bukti fisik yang masih dapat disaksikan, ada
beberapa peristiwa penting yang berhubungan dengan keberadaan pura, desa dan
Gunung Batur di kintamani hingga saat ini.
a.
Sejak tahun 11 Caka (89 masehi), gunung-gunung
dan danau-danau di Bali merupakan tempat suci atau tempat pemujaan, ini di
sebabkan semakin kuatnya pengaruh agama Hindu di Bali dan semakin kuatnya pula
tatanan kehidupan yang berpegangan pada konsepsi agama Hindu. Tatanan hindu
yang berdampak baik bagi masyarakat Bali dan Bali dari hari ke hari semakin
aman dan sejahtera.
b.
Pada tahun 1500 masehi oleh Dalem Waturenggong
desa Sinatara dan Pura Tampuhyang diganti namanya menjadi desa Batur dan pura
Batur. Desa Sinanrata atau Desa Batur dan Pura Tanpurhyang atau pura Batur terletak di lereng Gunung
Batur sebelah Barat.
c.
Pada tahun 1599 Masehi berjangkit penyakit lepra
di seluruh Bali, termasuk desa sinarata atau desa batur. Banyak orang yang
meninggal, hal ini berpengaruh kepada pemeliharaan pura yang terbengkali.
d.
Pada tahun 1612 Masehi gunung batur meletus
sangat dahsyat. Gunung Batur banyak menimbulkan kerusakan-kerusakan termasuk
kerusakan pura Tampurhyang atau pura Batur.
e.
Pada tahun1700 Masehi turunnya lahar panas dari
gunung batur. Lahar panas tersebut menyebabkan pura batur tertimbun.
f.
Pada tahun 1784 Masehi Gunung Batur meletus
lagi, akibatnya banyak penduduk yang tewas dan banyak pula pura yang rusak.
g.
Dalam hasil penelitian Zollinger, dapat
diketahui bahwa dalam tahun 1850-an Pura Batur sudah merupakan pura pemujaan
yang besar yang terletak di desa Batur, di lembah kaldera Gunung Batur.
h.
Dalam artikel R. An Eck seorang budayawan
Belanda tentang abli tahun 1879.melukiskan Pura Batur sebagai pura Batur yang
terletak di tengah-tengah desa Batur, di lembah kaldera Gunung batur.
Disebutkannya pula bahwa Pura Batur adalah tempat pemujaan kepada Dewi Danu
yang dapat disamakan dengan pemujaan Dewi Gangga di India.
i. Dalam
artikel yang berjudul “kenangan-kenangan dari India Timur Bali” yang ditulis
oleh C.M. Pleyte seorang ahli ilmu bui, melukiskan lebh teliti pengalaman
perjalanan ke Pura Batur, dipaparkannya Pura Batur sebagai pura terbesar dan keramat,
penuh dengan meru dan bangunan kecil lainnya. Di tengah-tengah kompleks pura
yang suci, terdapat bangunan pemujaan orang-orang cina. Dari berita ini dapat
diketahui bahwa dalam tahun1901ketika pura masih berlokasi di lembah, sudah
terdapat pemujaan orang cina di tengah pelataran yang suci. Jadi pemujaan orang
suci yang disebut Pelinggih Ratu Subandar di Pura Batur sekarang sudah ada
dalam abad XIX. Hal ini merupakan bukti toleransi religi yang berderajat
tinggi, yang telah terjadi di Pura Batur.
j. Pada tanggal 21 Januari 1917 dan 4 Februari
1917 Masehi terjadi gempa bumi dahsyat. Daerah yang mengalami kerusakan berat
yaitu distrik Kintamani, Bangli, Susut, Desa Batur, Songan dan Buahan menderita
kerusakan parah. Gempa ini menyebabkan banyak penduduk yang tewas, rumah dan pura rusak parah.
k.
Pada tanggal 3 Agustus 1926 gunung Batur meletus
Desa Batur dan Pura Batur rata dengan tanah tertimbun lahar. Penduduk desa
baturmengungsi ke sebelah selatan kintamani. Tempat ini disebut kalanganyar ata
karang anyar atau tempat baru. Selanjtnya penduduk desa batur mendirirkan desa
dan pura yang baru dan diberi nama Desa Batur dan Pura Batur.
Penjelasan diatas
menyatakan pura batur pada mulanya bernama Pura Tampuhyang dan terletak di kaki
Gunung Batur. Bersamaan dengan pindahnya penduduk desa sinarata atau desa Batur
ke kalang anyar, maka penduduk juga membuat pura dengan nama pura Batur.
B. Bangunan-bangunan suci di Pura Ulun Danu Batur
Adapun pura-pura yang termasuk Pura Ulun
Danu Batur yag pada mulanya berlokasi di Desa Batur ialah:
a.
Penataran Pura Jati
Yang menjadi pusat pemujaan adalah Ida Bhatara Pujangga
Lawih, berkedudukan sebagai Bhagawanta. Kehadapan beliau dimohon Tirtha pemuput
Karya yait penyelesaian upacara.
b.
Pura Tirtha Bungkah
Pura ini merupakan tempat pemujaan Ida Ratu Ayu Manik Bungkah
sebagai penguasa sumber air panas yang ada dekat pura tersebut. Sumber air
panas ini disebut Tirtha Bungkah dan diyakini dapat menyembuhkan beberapa
penyakit. Dewasa ini air panas Ttirtha Bungkah anyak dikunjungi apalagi adanya
jalan aspal menuju tempat tersebut. Tidak mengherankan banyak penginapan serta
rumah makan yang didirikan.
c.
Pura taman Sari
Di pura ini dipuja Ida Bhatara Sesuhunan Sakti Makalihan
sebagai penguasa dan memberi kekuatan hidup terhadap pala bungkah (umbi-umbian),
pala gantung (buah-buahan), serta pala wija lainnya yang di ladang (tegalan),
misalnya bawang merah, bawang putih, ketela, kacng-kacangan dan sebagainya.
Istilah Betara Susuhunan Sakti Makalihan dapat kiranya disamakan dengan
pengertian ardanareswari atau pradana-purusa, dalam konsepsi Hndu selanjutya.
d.
Pura Tirtha Mas mampeh
Tempat ini merupakan patirthan Betara- Betari Mekalihan dan
tempat mohon tirtha untuk memberi kekuatan hidup kepada sarwa meletik yatu
tumbuh-tubuhan yang berlembang biak dengan biji/buah serta tunas, misalnya
Kelapa, padi,jagung, kayu manis, famili dan sebagainya.
e.
Pura Jaba Kuta
Pura ini tempat memuja Ida Bhatara Bagus Wayan dan Ida
BetaraBagus Tengah, yang berfungsi menyelesaikan Upacara Dewa Yadnya dan Manusa
Yadnyayang diselenggarakan di pura-pura dan di perumahan. Orang yang menjadi
janbanggul atau tatakan Ida Bhatara di Pura ini disebut dengan gelar Jero
Balian. Jabatan ini agak khusus karena dijabat oleh wanita yang belum kawin dan
selamanya tdak boleh kawin (nyukla brahma cari). Bila mereka melanggar diyakini
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap diriny, misalnya sakit
tidak bisa disembuhkan atau meninggal dunia.
f.
Pura Sampian Wangi
Pura ini merupakan pelinggih Ida ayu Ratu Pengeringgitan.
Beliau dipuja untuk mendapatkan taksu dan keakhlian di bidang keterampilan,
misalnya : menenun, merangkai janur, jarit-menjarit, membuat jajan, dan
sebagainya. Masyarakat bali sangat meyakini bahwa dengan dimilikinya
(ngelah)taksu, hasil keterampilannya akan disukai dikagumi orang banyak
sehingga akan laku bila hendak dijual.
g.
Pura Gunarali
Pura ini merupakan pelinggih ida Ratu Ketut Gunarali. Beliau
berfungsi memberikan kekuatan serta doronga terhadap pengembangan bakat para
remaja (truna bunga dan deha bunga). Dengan demmikian diharapkan mereka bisa
mengabdi sesai dengan bakatnya.
h.
Pura Padang sila
Pura ini hanya merupakan tempat mesandekan Ida Betara-Betari
yang ada di pura Ulun Danu Batur. Disi ada 45 buah pelinggih yang semuanya
mertiwi yaitu tidak menggunakan bahan kayu ataupun beratap, melainkan hanya
berupa gudukan tanah/batu.
i.
Pura Penataran Agung Batur
Pura ini merupakan pura induk karena disini terdapat
pelinggih-pelinggih utama seperti berikut :
1.
Sebuah meru tumpeng sebelas (11), tempat memuja
Ida Betari Dewi Danu yang sering disebut Ida Betari Ulun Danu.
2.
Meru tumpang sembilan(9) ada 3 buah. Sebagai
tempat memuja Ida Betara Sesuhunan Sakti ngambel Jagat. Ida Betara Gede Agung
dan Ida Betara Dalem Waturenggong. Menurut raja purana pura Batur, meru tumpeng
9 ada 6 buah; tiga buah diantaranya belum dibangun yaitu tempat memuja Ida
Betara Gede Bedauh, Ida Ratu Ngurah Balingkang dan Ida ratu Gede Gurun.
3.
Meru Tumpang pitu (7) ada 2 buah yaitu tempat
memuja Ida Ratu Ayu Manik Astagina, merupakan amongan (beban tanggungan) raja
mengwi dan sebuah lagi merupakan amongan Puri Nyalian.
4.
Meru tumpang lima(5) ada satu buah, merupakan
amongan dari puri Belahbatuh.
5.
Meru tumpang tiga (3) ada tiga buah semuanya
menjadi aongan desa tejakula kabupaten buleleng.
6.
Satu buah gedong merupakan tempat memuja Ida
Ratu Ayu Subandar. Beliu dipuja sebagai penguasa dibidang usaha/ekonomi.
7.
Pesamuhan agung yang berupa gedong tinggi,
merupakan tempat pratima ( perwujudan) Ida Betara-betari pada waktu yang
diselenggarakan upacara besar seperti Usaba Desa. Manca Wali Krama dan
sebagainya.
8.
Sebuah meru tumpang telu tempat memuja Ida Ratu
Ayu Kentel Gumi.
Bangunan Ida Ratu ayu Kentel Bumi
dipuja sebagai penguasa serta pengendal hama terutama berupa wereng ludus,
walangsangit, tikus, candang, dan burung. Diantara jenis hama itu yang dianggap
paling sukar ditanggulang adalah ludus dan candang. Ludus ialah sejenis hama
yang menyebabkan pembusukan pada batang, sedangkan candang berupa kemandulan
pada tanaman (tdak mau berbuah) walaupun tumbuhnya subur dan berbunga lebat.
Selain bangunan palinggih yang telah
disebutkan diatas masih terdapat sejumlah palinggih pendamping dan bangunan
pelengkap.
2.
PURA
2.1
DENAH
PURA

|
|


Pura
Ulundanu Batur
Halaman IV : Utamaning Utama Mandala
1. Meru tumpang tiga: Ratu
Mutering Jagat, Penyungsung ring Tejakula.
2. Meru tumpaang tujuh: ratu
gede Manik Astagina (di empon oleh Mengwi)
3. Meru tumpang Sembilan: Ratu
Gede Sakti Maduwe Gumi (diempon oleh Bangli, Puri Nyalian
4. Meru tumpang sebelas: Bhatari
Dewi Danu (diempon oleh klungkung)
5.a. I Ratu Gede Penyarikan
5b. I Ratu Jero Oreg
6. Meru Tumpang Sembilan: I Ratu
Gede Gunung Agung (diempon oleh Singaraja)
7. Meru tumpang lima: I Ratu Ayu
Selukat (diempon oleh Blahbatuh)
Halaman III: Utamaning Menala
8. Bale Genah Bakti
9. Bale Peslang
10. Tempat beristirahat
sementara Jero Mangku
11 a. Bale Pawedan/ pemujaan
12 . Brahma
13. I Ratu Gede Ngurah Subandar
atau Dewi Kwanhin, Konce (budha)
14. Bale Pawedaan ( Bale Bangli)
15. Bale Pawedaan (Bale Bangli)
Halaman II: Madyaning Menala
16. Bale Penyambutan
17 a. Apit Lawang
17 b. Apit Lawang
18. Tempat memberikan suguhan
kepada bhuta kala
19. Meru tumpang Sembilan I Ratu
Gede Meduwe Gama/Ratu pedauh/ I Ratu Rambut Pala
20. Bale Angklung
21. Bale Gajah (Pengempon
Pasihan yang diempon oleh sebatu, Jasen, Lepud, dan Gebog Domsya.
22. Pohon Beringin
23. Bale Agung
sementara/pewaregan
Halaman I: Nista Mandala
24. Bale Gong Biri-biri
25 a. Puah (tempat untuk
menjalankan kertamasa)
25 b. tempat bendera/kober
26. Bale Pekajaan
27. Balekulkul untuk manusia
berarti para pengayah , jero batu dangin/dauh, Jero Baris, Jero Gamel, jero
Undagi.
28. Pelinggih anantaboga
29. Bale Kulkul untuk Ida
Bhatara Bhatari waktu melis, metirtahan
Di luar:
30. Bale Pelayanan
31. Bale Pegat
Pura Dang Khayangan: Pura
Desa/Bale Agung Batur
Halaman
IV Dang Khayangan ( di koordinir oleh
Pura Jati)
1. Ratu Pingit
2. Ratu
Pecatu
3. Ratu
Kebeksai
4. I Ratu
Tekesai
5. I Ratu
keeling/Ratu Anan/I Ratu Gede Ngurah Cempaka
6. Meru
tumpang tiga; I Ratu Gede Kepasekan
7. I Ratu
Gede Manik Blabur
8. I Ratu Gede Manik Melela
9. I Ratu
Gede Manik Melegedan
10. I Ratu
Mbah Api
11. I Ratu Gede
Manik Senjata
12. Bale
Pepelik untuk pelinggih untuk no 1-5
13. Bale
Pepelik untuk Pelinggih no. 6
14. Bale
Pepelik untuk pelinggih no. 8-11
15. Bale
Pepelik untuk pelinggih no. 17-19
16.Bale
Pepelik untuk pelinggih
17. I Ratu
Nengah Rungking, purusa
18. I Ratu
Nengah Rungking, predana
19. I Ratu
Gede Mengening (Penyungsung Desa Batur)
20. I Ratu
gede Perahu
21. Bhatara
Duwijendra/ Bujangga Luih (Pura Jati)
22,23. Bale
Peplik untuk pelinggih
24. I Ratu
Gede Mengening (penyungsungan desa Calo)
25. Gedong
penyimpan Selunding
Halaman III: Dang Khayangan
1. I Ratu
Ayu celung
2. I Ratu
Manuk-manukan
3. I Ratu
Juru Asem
4. I Ratu
Bunut
5. I ratu
Bangun Jawa/ I Ratu Bandung
6. I Ratu
Ayu Bangun Sari
7. I Ratu
Niras Sakti/I Ratu Mas Sakti
8. I Ratu
Sumampta
9. Meru
Tumpang tiga: I Ratu Ayu Gentel Gumi/I Ratu Ayu Tusan
10. I Ratu
Ayu Sepian/Ratu Ayu Pekiisan
11. I Ratu
Gede Mekulem
12. Meru
tumpang Sembilan: I Ratu Gede Dalem Balingkang
13. Bale
Pepelik untuk pelinggih no. 3-8
14. Meru
tumpang Sembilan: Ratu Gede Waturenggong
15. I Ratu
Dalem Tanggaling (Bunuan/ubud)
Pura Puseh
16. Ratu
Ayu Pegulingan/Puser tasik
17,20. Bale
Peplik untuk pelinggih no. 18
18. Meru
tumpang tiga: Bhatara Puseh
19. I Ratu
ketut Guban
21. Bale
peplik untuk pelinggih no 22
22. Puseh
Desa Bonyoh
23. Puseh
Desa Sengkaduan
24. Bale
Peplik untuk Pelinggih no. 23
25. Bale
peplik untuk pelinggih no. 26
26. Puseh
Sesulung/Petak Cemeng
27. Paruman
alit atau Bale Pepalang untuk pelinggih no 9
28.
Pepalang, genah bhakti
Halaman II: Pura Bale Agung
1. Bale
Pekemkem
2. Ida Ratu
Gede Dalem Majapahit
3. Ida Ratu
Tambang Layar
4. Ida Ratu
Dalem Mekah
5. Ida Ratu
Dalem Mesiem
6. Sanggar
Agung (Surya,Bulan, Bintang)
7. Bale
Kulkul tengeran Ida Bhatara suara
8. Ratu
Ulun Bale Agung
9. Rambut
Sedana
10. Bhatari
Sri
11. Bale
Peplik untuk pelinggih no 9 und 10
12. I Ratu
Paumukan
13. Bale
Peplik untuk pelinggih no. 12
14. Bale
Agung pedanginan/I Ratu Gede Solas Lubang
15. Bale
Pesamuan Agung/Ratu Gede Dalem Pesamuan
16. Bale
Agung Pedawanan/Ratu Ayu Solas Lubang
17. Orang
pribadi puny.
Halaman I: Pura Bale Agung, Jaba Tengah
1. Bale
Baris
2. Bale
Gong
3. Bale
Perebuan
3.
PENGEMPON
A.
MANGGALANING DESA
PEKRAMAN BATUR
Ø Dalem
Sesanglingan di bolehkan memakai gelar menurut Raja Purana Pura Ulun Danu
Batur:
a.
Jero Bukitan / JERO
GEDE KANGINAN
b.
Jero Bukitan / JERO
GEDE KAWANAN
Ø Parab
/ Pungkus oleh krama Desa Pekraman Batur
a. Pelinggih
Dane Mekalihan
b. Jero
Gede Mekalihan
c. Jero
Gede Duhuran, Jero Gede Alitan
d. Pelinggih
Dane Duuran, Pelinggih Dane Alitan
e. Jero
Gede Batur
Ø Jero
Balian:
a. Jero
Balian Desa kajanan
b. Jero
Balian Desa Kelodan
Ø Jero
Penyarikan:
a. Jero
Penyarikan Duhuran
b. Jero
Penyarikan Alitan
Disebut DESA SARENG NEM (6) tugasnya meladeni Pepasian dan
Umat Hindu dan krana Desa Pekraman Batur. Pemanggu sebanyak 22 disebut DESA
DUALIKUR meladeni Pepasian, Umat Hindu dan Desa Pekraman Batur. DESA SARENG
NEM(6) ditambah DESA SARENG DUALIKUR (22) menjai 28 berfungsi di Pura Ulun Danu
Batur dan Pura Batur DESA SARENG NEM BWLAS (16):
1. Pulai
(mulai ngawitin) patpat (4: Bedanginan 2, bedawanan 2)
2. Pemumpun
(ngerateng) patpat (4 :bedanginan 2, bedawanan 2)
3. Pesagian
(nyajiang upakara upacara) patpat (4: bedanginan 2, bedawanan 2)
4. Kedis
(juru belanja) (4: bedanginan 2 bedawanan 2 fungsinya di pura batur / khayangan
tiga Desa Pekraman Batur (ulu apad)
di bantu oleh pelancang dan kelian- kelian Jero tempekan.
B. DESA
JABA JERO
Jaba atau Kepala Desa berhubungan dengan penduduk Desa Batur
(swadarmaNegara)meliputi Banjar di bantu oleh Kelian Banjar dan setiap Kepala
Desa. Jero Mekel (petinggi) yang
sudah mediksa berhubungan dengan Desa Sareng 16 menjadi Penghulu 17 di
Kahyangan Tiga (Swadarma Agama) di Desa Pekraman Batur.
Hak
dan kewajiban Kepala Desa / Jero Mekel/Petinggi Nyaba Jero di Desa Pekraman
Batur:
1.
Di Jaba : mencatan
cacah jiwa tiap tahun
2.
Di Jero : sebagai petinggi berkewajiban :
ü Wali
Ida Betara Karang Buncing dan nyanggra Desa Pekraman Batur,
ü Wayon
purnama kesanga ring puri soang-soang
ü Ngodalin
kulkul jaba tiap Tumpek Pwngatag/ Wariga
ü Nyuarakan
kulkul jaba tiap-tiap Budha Kliwon dan galungan
ü Turut
dalam acara pawiwahan krama Desa Pekraman Batur
ü Turut
nyengkepang di tiap-tiap Tumpek
Gabungan Desa Sareng Nem, Desa Sareng Dua Likur, Desa Sareng
16 Desa Nyaba Jero menjadi Desa Setiman manut Manggalaning Pura Ulun Danu Batur
lan Pura Batur manggalaning (prajuru) ada 45.
Pembuktian
di Desa Pekraman Batur:
1.
Ida Betare malinggih ring
Pura Ulun Danu Batur 45
2.
Bakti Medewa ceraya
Ida betara katurun setiman
3.
Upacara Dewa Yadnya di
puput sareng setiman
4. Uparaca
Manusa Yadnya di puput sareng setiman
5. Upacara
Buta Yadnya di puput sareng setiman
6. Suara
tengeran tiap-tiap pagi antara jam empat/ jam lima empat lima kemplungan (membanggunkan para subak-subak di Bali
Dwipa)
7. Dasar
pepasian / subak Ida Betara Betari Pura Ulun Danu Batur setiman
8. Desa
setiman
9. Penghulu
setiman (gabungan Penghulu Pura Ulundanu Batur dan Pura Batur)
10. Tambahan
penduduk dari raja Dalam Batu renggong di Gelgel Setiman plaken/kk
11. UU
Negara Republik Indonesia 1945
C. Proses
Pembentukan Pnghulu Setiman Dan Dalem Sesangglingan
Masyarakat Bali kuna, Bali Mula/ Bali Aga / Bali Yoga yang
disebut kraman anggota semua warga yang telah menikah dan disahkan sebagai
warga/krama adat. Nama organisasi ini sesuai dengan sejarah terjadinya atau
sesuai dengan jumlahnya , misalnya Desa Pekraman Batur disebut Penghulu
Setiman.Secara nyata organisasi berjumlah setiman orang di sukawana disebut Penghulu
Telung likur terdidri dari 23 orang . Di Pengaji Payangan Giayar disebut
Penghulu Kutsu / berjumlah 8 orang, diselulun disebut Desa Sapta Wara yang
secara struktural terdiri dari tujuh tingkatan
Penghulu Empat Puluh Lima di Pura UlunDanu Batur dan Pura
Batur (Kahyangan Tiga Batur: Pura Pusah, Pura Desa,danPura Dalem). Sesuai
dengan jumlah pokok pepasihan, subak Ida Betare – Betari Pura Ulundanu Batur
dan anugrah Dari Dalem Batu Renggong panjak setiman Plaken/kk (setiman dari
Catur Desa dan Catur Jadma).Setelah Desa Batur berjumlah 266 pengayah/kk selalu
ribut menentukan pimpinan lantas waktu itu raja-raja di Bali Dwipa menambah
penduduk , misalnya:
1. Raja
Mengui, menyerahkan Gusti apalaken/kk
2. Raja
Nyalian, menyerahkan Dewa Pering apalaken/kk
3. Raja
Taman Bali, menyerahkan Dewa Prasi apalaken/kk
4. Raja
Bangli, menyerahkan Dewa Ngurah apalaken/kk
5. Raja
Buleleng Panji Sakti, menyerahkan apalaken/kk tidak sampai ke batur atau
Pengkisan di songwerning menjadi Dasa Pakisan
6. Adanya
Pura Gunung Menak.
Dengan
ditambahkan ini pun mereka masih selalu bertentangan dalam pembentukan siapa
yang patut menjadi manggalaning/ pemucuk, di angkat dari Mengui ribut, dari
Nyalian ribut, di angkat dari taman bali ribut, di angkat dari Bangli ribut.
Sehingga disepakati akan datang menghadap raja Majapahit di Swece Pura/ Gelgel
Dalem Batu Renggong, kemudian diberikan perintah untuk membentuk dalem
Sesangglingan yang dijabat oleh Jro Gede Duuran dan Jro Gede Alitan, kasta di
Batur dihapus menjadi saudara, memimpin
di sekitar Bintang Danu dalam segala urusan adat, budaya, agama, dan
pemerintahan. Dalam Raja Purana, Manggalaning Pura Ulundanu Batur bergelar Jro
Mangku Bukitan/ Jro Gede Kanginan/ Meru Tumpang Sebelas, Jro Mangku Bukutan/
Jro Gede Kawanan/ Meru Tumpang Sembilan. Masyarakan batur dibagi dua, warga
bedanginan dan warga bedawanan (bukti di Desa Pekraman Batur ada Tempekan Jro
Batu Dangin Rurung dan Jro Batu Dauh Rurung)seluruh penduduk Desa Pekraman
Batur disebut Pasek Baturmenyungsung Ida I Ratu Ngurah Pasekkan/ Meru Tumpang
Sembilan, dan bertugas menjadi Juru Sapa di Pura Ulundanu Batur (meladeni umat
sembahyang), Jro Sapuh (menyelenggarakan upakara- upacara di Pura Ulundanu
Batur dan sebagai upesaksi yang diperlukan oleh subak-subak di Bali Dwipa
maupun dalam upacara).
MEXICO CASINO 2021 - JTG Hub
BalasHapusMEXICO CASINO 2021. MEXICO CASINO. CASINO. ROULETTE (PR) 원주 출장마사지 – 창원 출장샵 CASINO 서산 출장안마 CITY MEXICO 김포 출장안마 CASINO CASINO. ROULETTE (PR). ROULETTE (PR). 남원 출장마사지 ROULETTE (PR).